Workshop Karawitan warnai serangkaian kegiatan YOGYAKARTA CULTURAL FESTIVAL – 70th Konferensi Asia Afrika

Workshop Karawitan warnai serangkaian kegiatan YOGYAKARTA CULTURAL FESTIVAL – 70th Konferensi Asia Afrika

Yogyakarta – Program Studi Seni Karawitan, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia  Yogyakarta, terlibat dalam serangkaian kegiatan Konferensi Asia Afrika (KAA) ke-70 dengan menyelenggarakan Workshop Karawitan bagi para delegasi internasional. Kegiatan ini menjadi salah satu agenda penting dalam rangka mempererat hubungan budaya antarnegara melalui seni tradisional Indonesia.

Workshop yang berlangsung di kampus ISI Yogyakarta tersebut diikuti oleh para delegasi KAA yang berasal dari berbagai negara, di antaranya Italia, Jerman, dan negara-negara di kawasan Afrika. Para peserta disambut hangat oleh Dr. Asep Saepudin, S. Sn., M. A.,  selaku Ketua Program Studi Seni Karawitan. Dalam sambutannya, beliau menegaskan bahwa kegiatan ini bukan sekadar pembelajaran musik tradisional, melainkan juga bentuk diplomasi budaya yang memperkenalkan nilai-nilai harmoni, kebersamaan, dan gotong royong melalui gamelan.

Sebagai pengantar, para peserta diperkenalkan pada pengetahuan dasar tentang karawitan — mulai dari struktur ansambel gamelan, jenis-jenis instrumen, hingga filosofi musikal yang terkandung di dalamnya. Setelah sesi teori, kegiatan dilanjutkan dengan praktik menabuh bersama, membawakan dua repertoar gamelan yakni Gending Gangsaran dan Lancaran Bindri.

Suasana latihan berlangsung penuh semangat dan keceriaan. Ketika para delegasi mulai menabuh gamelan, batas-batas bahasa dan budaya seakan melebur menjadi satu. Melalui irama dan tabuhan setiap nada, mereka berinteraksi secara alami — saling mendengarkan, menyesuaikan tempo, dan mencari keseimbangan bunyi antar instrumen. Dalam proses itu, nilai-nilai kebersamaan dan gotong royong yang menjadi ruh karawitan terasa nyata, menciptakan harmoni yang tidak hanya terdengar, tetapi juga dirasakan bersama.

Workshop ini menjadi ruang perjumpaan lintas bangsa yang hangat dan egaliter. Gamelan menjadi bahasa universal yang menghubungkan perbedaan menjadi kesatuan. Dari gaung suara gong hingga nyaring bunyi saron, setiap nada menjadi simbol komunikasi tanpa kata — mengajarkan bahwa kebersamaan dan saling mendengarkan adalah kunci terciptanya harmoni, baik dalam musik maupun dalam kehidupan.

Cari
Kategori

Bagikan postingan ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

id_IDID